Senin, 17 Januari 2011

Makalah Pkn

“Kepedulian Sosial Terhadap Bencana Alam Antara Orang yang Tulus dan Orang yang Berakal Bulus”
 Makalah Pkn
Tema : Peran Warga Negara Sebagai Makhluk Sosial
Oleh : Nur Musyayyada K, Rizqo Nurjanah, Winanik, Yuli Eliya W,  Yunita Indah S 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena dengan rahmat-Nya kelompok kami telah berhasil menyelesaikan dan menyusun makalah ini, dengan tepat waktu dan sesuai yang kami harapkan.
Makalah yang bertema “Peran Warga Negara dalam Bidang Sosial” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan memperdalam pemahaman terhadap bahasan tersebut.
Pada kesempatan kali ini Kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
v Bapak Drs. Bambang Soenarko, M. Pd, selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
v Teman-teman yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena  itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan dari penulisan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Kediri, Desember 2010


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini bumi pertiwi banyak berduka. Disana sini banyak terjadi bencana alam, mulai dari banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai, hingga meletusnya gunung Merapi di Jogja dan Jateng. Hal ini menyebabkan banyak pihak berempati dengan mengirimkan bantuan kepada para korban. Hal tersebut memang baik, namun yang memprihatinkan adalah adanya pihak yang memanfaatkan keadaan tersebut guna menunjukkan identitas golongannya masing-masing. Misalnya, menaikkan bendera sebuah kelompok seolah menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama warga yang terkena musibah. Padahal, peran kepeduliannya sesungguhnya tidak seberapa, tidak setinggi bendera yang dinaikkan. Pemandangan lain, ada pihak tertentu dari kalangan masyarakat biasa yang senantiasa memberikan bantuan tanpa ingin menunjukkan bahwa mereka ikut berpartisipasi untuk meringankan beban para korban bencana di pengungsian.



BAB II
PERMASALAHAN

A.  Identifikasi Masalah
Meletusnya gunung merapi pada Hari Selasa Tanggal 26 Oktober 2010 merupakan sebuah ujian dari Allah SWT. Ribuan warga di sekitar lereng gunung teraktif sedunia tersebut harus pindah-pindah mengungsi karena zona aman terus mengalami perubahan dari radius 5Km, 10Km, 15Km sampai 20Km. Bantuan sangat diharapkan untuk mencukupi kebutuhan para pengungsi. Untuk membantu para pengungsi banyak berdatangan lembaga-lembaga Negera maupun swasta mengulurkan bantuan tenaga maupun dana. Jumlah lembaga-lembaga sosial berjumlah puluhan bahkan mungkin sampai ratusan. Semuanya berlomba-lomba membantu meringankan beban sesama. Tapi yang sangat disayangkan mereka menampakkan identitasnya dengan memajang spanduk, baleho dan bendera identitas. Kalau pemasangan identitas tersebut tidak ada niatan lain, hanya sebagai sarana pengenal saja mungkin tidak jadi soal. Akan tetapi lain halnya jika yang memasang bendera, spanduk, banner tersebut adalah Partai Politik. Hal tersebut dapat diartikan sebagai kampanye terselubung. Tapi tidak semua penyumbang bantuan memperlihatkan sikap yang demikian. Ada segelintir orang yang memberikan bantuan tanpa pamrih meskipun jumlah dari bantuan mereka tidak seberapa.

B.       Rumusan Masalah
1.    Niat pemberi bantuan korban bencana.
2.    Hal yang seharusnya menjadi  niat utama dari pemberi bantuan korban bencana.


BAB III
PEMBAHASAN

Beberapa hari ini ramai di Twitter,   Facebook, maupun di beberapa media massa mengenai ketidak nyamanan akibat beberapa perusahaan dan partai politik "unjuk gigi" di daerah bencana. Bentuknya berupa pemasangan spanduk yang dinilai ramai, bahkan lebih ramai dari bantuannya sendiri. Banyak pendapat bahwa kadang unjuk simbol-simbol itu agak kelewatan. Perlu sedikit dikurangi agar para korban tidak merasa sedang dimanfaatkan. Agar tidak terkesan "para penyumbang" itu memperoleh untung publikasi di atas penderitaan para pengungsi. Tidak sedikit Partai Politik yang ikut berkecimpung dalam penanganan bencana merapi. Jika melintas di jalan akses gunung merapi terlihat bendera maupun spanduk yang bertuliskan Posko Bencana Merapi dari partai tertentu. Fenomena yang sangat ironis. Di tengah jeritan penderitaan korban merapi malah banyak berkibar bendera-bendera partai di sana. Tidak salah kalau ada yang mengatakan bencana dijadikan sebagai wahana kampanye terselubung.
Di sisi lain,  ternyata masih ada pemberi bantuan yang memberikan bantuannya dengan tulus ikhlas tanpa mengharapkan pemberitaan dari media massa. Salah satu contoh, ada seorang wanita setengah baya yang datang di barak pengungsian dengan membawa beberapa mie instan. Ketika ada seorang wartawan yang ingin mengambil gambarnya, wanita tersebut menolak dan bergegas meninggalkan tempat tersebut.
Kepedulian terhadap korban bencana adalah kepedulian yang harus dipupuk dan dipelihara. Sebab, kepedulian itu akan terkikis oleh iklim materialisme dan individualisme yang hanya mengejar hedonisme dan ego pribadi. Memberikan sumbangan bagi korban bencana adalah bentuk berbagi kebahagiaan. Jika ada niatan tulus untuk berbagi, niscaya orang yang berbagi tidak akan pernah mengharapkan ucapan terima kasih dari orang yang dia bagi. Jika ada niatan ikhlas memberi, niscaya orang yang memberi tidak pernah sakit hati jika orang yang dia beri tidak mengucapkan terima kasih. Fakta di lapangan, semua pemberi sumbangan tak pernah tahu detail perihal penyaluran bantuan korban bencana dimana terdapat uang yang mereka sumbangkan. Tapi jika ada niatan tulus dan tanpa pamrih, maka tak akan pernah ada keresahan dengan hal itu. Yang penting, ikhlas menyumbang.
Meringankan beban korban bencana ada banyak cara, sedikit banyak bergantung pada kesempatan dan kemampuan. Dengan bantuan teknologi dan jumlah pengguna handphone (telepon selular) yang cukup tinggi kita bisa memberikan sumbangan melalui operator telepon. Bagi yang hendak menyumbang tenaga tidak harus selalu datang di titik lokasi bencana. Kadang tenaga juga dibutuhkan untuk mengurus bantuan di tempat lain, di posko misalnya. Tidak "keren" memang, tapi diperlukan. Demi kemanusiaan apa saja yang bisa dilakukan maka lakukanlah, ini bukan saatnya ajang pamer siapa yang lebih berjuang. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa meringankan beban korban bencana tersebut.


BAB IV
SIMPULAN

Para korban bencana adalah mereka yang tak berdaya dan bersedih karena mereka kehilangan harta benda dan sanak keluarga. Sudah sepatutnya untuk membagi senyum kebahagiaan kepada mereka dengan cara yang bisa didapatkan dimana saja. Menyumbang langsung, atau melewati penyelenggara peduli bencana. Satu senyum kebahagiaan para korban bencana, adalah kebahagiaan hakiki orang-orang yang peduli.
Kita menghargai niat baik para penyumbang atau pemberi bantuan untuk
membantu korban bencana, dalam bentuk apapun, guna meringankan beban mereka. Namun, jangan sampai niat baik itu dinodai oleh publikasi berlebihan tentang pemberian bantuan itu. Sebab publikasi yang berlebih akan mengurangi makna niat baik memberi bantuan itu sendiri. Apa yang dilakukan tangan kanan jangan diketahui tangan kirimu. Hal ini bermakna bahwa bila memberi sesuatu tidak perlu diketahui orang lain atau tidak perlu diumumkan atau dipublikasikan.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/search?q=pemberi+bantuan+bencana+yang+ikhlas
 http://www.bernasjogja.com/stories/berita/1161.pdf












Tidak ada komentar:

Posting Komentar