1.
Sejarah
Perkembangan Wayang
Tak ada
bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan.
Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun
demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu
menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna
tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal
yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke
4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama
Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni
pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan
wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata. Demikian
juga saat masuknya Islam, ketika
pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam
wujud manusia dilarang,
munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana
saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang
sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang
juga wayang Sadat yang
memperkenalkan nilai-nilai Islam. Ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada
tahun 1960 dalam
misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang
sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
2.
Pengertian
Wayang
Dalam
sejarah perkembangannya, bangsa Indonesia pernah menciptakan puncak-puncak
kreasi dan karya yang sampai sekarang masih dikagumi. Kreasi dan karya budaya
tersebut merupakan hasil akal, budi, dan pikiran manusia yang tak
ternilai harganya. Kesenian wayang adalah satu dari sekian banyak kesenian khas
Indonesia. Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang
berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Di mata
para pengamat budaya, kesenian wayang memiliki nilai lebih dibandingkan seni
lainnya, karena kesenian wayang merupakan kesenian yang komprehensif yang dalam
pertunjukannya memadukan unsur-unsur kesenian, diantaranya seni karawitan, seni
rupa (tatah sungging), seni pentas (pedalangan), dan seni tari (wayang
orang). Di samping fungsinya sebagai hiburan, kesenian wayang juga memiliki
fungsi estetika dan sarat dengan nilai-nilai luhur. Setiap alur cerita,
falsafah dan perwatakan tokohnya, sampai bentuk pada kesenian wayang mengandung
makna yang sangat mendalam.
3.
Wayang
Sebagai Budaya Nasional
Kita patut
berbangga sebagai bangsa Indonesia karena kaya akan budaya yang sangat luar
biasa dan tak ternilai harganya. Kemajuan sebuah bangsa salah satunya
ditentukan oleh peradaban budayanya. Bahkan UNESCO, lembaga yang membawahi
kebudayaan dari PBB pada tahun 2003 menetapkan wayang yang merupakan kebudayaan
asli Indonesia sebagai sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam
seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Ironisnya, bukan rasa bangga dan tindakan melestarikan kebudayaan ini yang
muncul, tapi anggapan bahwa kebudayaan ini kuno dan ketinggalan jaman sehingga
generasi muda mulai meninggalkannya. Alangkah miris
rasanya mengetahui bahwa wayang, warisan budaya asli Indonesia sangat diapresiasi di negeri lain, tapi tidak di negeri asalnya. Bahwa sementara
di negeri lain seni wayang sudah resmi masuk ke dalam kurikulum pendidikan
formal, di negeri asalnya para budayawan perlu beradu otot dengan pemerintah
untuk memperoleh pencapaian yang sama.
Tak bisa
dipungkiri, arus globalisasi dan modernisasi yang terlampau kencang menerpa
negeri ini membuat kita melupakan budaya tradisional. Jika jaman dulu orang
menonton televisi untuk menonton pertunjukan wayang kulit/golek/orang, kini ada
banyak pilihan lain yang dianggap lebih menarik seperti sinetron atau sitkom.
Tak heran jika semakin lama masyarakat semakin tidak mengenal wayang, apalagi
tergerak untuk melestarikannya.
Jika
generasi tua yang dahulu mencintai wayang saja saat ini sudah beralih haluan
apalagi generasi muda saat ini yang lekat dengan kemajuan iptek dan bisa mendapatkan sarana
hiburan yang lebih banyak dan inovatif dibandingkan wayang.
Bila keadaan
seperti ini dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan
wayang ini akan hanya menjadi sejarah bangsa Indonesia karena punah tergerus
kemajuan teknologi yang pesat. Oleh karena itu kita harus melakukan beberapa
upaya agar wayang ini tetap lestari ditengah gerusan arus globalisasi.
Berikut
adalah beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian generasi muda dan mengembalikan kejayaan seni wayang di
Indonesia :
a. Mempelajari
Dunia Wayang sebagai Modal untuk Mengajar dan Mendidik Anak.
Peran orang
tua dalam mengajarkan pentingnya melestarikan budaya asli Indonesia kepada anak
sangatlah besar. Sehingga diharapkan
orang tua mampu menarik perhatian anak terhadap kesenian wayang. Selain
memiliki cerita yang menarik, dunia wayang juga berisikan nilai-nilai luhur dan
falsafah hidup yang penting untuk pembentukan karakter anak-anak. Jika kita
masih kurang percaya diri membawakan nilai-nilai tersebut, minimal kita bisa
membawakan cerita yang menarik dan menghibur untuk anak-anak.
Untuk
mempelajari cerita wayang klasik, kita cukup sesekali menonton pertunjukan
wayang. Atau kalau tidak, kita bisa membaca buku yang berisi tentang wayang.
Saat kita sudah hafal ceritanya, kita bisa menggunakannya sebagai dongeng
pengantar tidur atau media pembelajaran suatu materi.
b.
Mengajak Anak-anak Mengunjungi
Museum Budaya
Anak-anak
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Kita bisa memanfaatkan energi ini
untuk mengajak mereka menjelajahi museum yang menampilkan koleksi wayang.
Memang belum banyak berdiri museum khusus wayang di negeri ini, tapi paling
tidak terdapat beberapa museum di beberapa kota besar yang bisa kita dijadikan
pilihan misalnya :
c.
Menjadikan Wayang sebagai Objek
Kreasi
Banyak
kegiatan yang dinilai bisa merangsang kemampuan motoris anak, misalnya
menggambar, mewarnai, dan berprakarya. Sambil merangsang kreativitas mereka,
kita bisa memperkenalkan wayang pada kegiatan-kegiatan ini, misalnya:
·
Mewarnai gambar wayang.
·
Membuat wayang kertas sederhana dari
tokoh yang disukai anak. Selanjutnya
wayang hasil karya bisa digunakan untuk mengadakan pertunjukan kecil-kecilan.
·
Membuat papertoy
wayang.
·
Membuat wayang dari daun singkong.
d.
Memanfaatkan Kemajuan Teknologi Informasi
Seiring
kemajuan teknologi, kini inspirasi dan cerita estetis wayang dapat kita nikmati
dalam bentuk digital. Salah satunya adalah komik e-wayang.org dan situs interaktif ramaya.na. Dengan
gambar yang lucu dan menarik, diharapkan anak-anak akan bersemangat untuk
menyimaknya.
e.
Menuansakan
Wayang dalam Kehidupan Sehari- hari
Menumbuhkan
kecintaan anak-anak terhadap wayang bisa dibiasakan melalui pendekatan terhadap
barang- barang pribadinya, misalnya: baju, tas, sepatu, mug, dan lain-lain.
Diharapkan dengan interaksi setiap hari dengan wayang, apalagi jika sudah
menjadi ikon bagi barang kesayangan mereka, anak-anak akan mencintai wayang
dengan sendirinya.
f.
Mengembangkan Inovasi Pertunjukan
Wayang Khusus Anak-anak
Jika
biasanya pertunjukan wayang digelar semalam suntuk, menggunakan Bahasa Jawa
atau Sunda secara full, dan terkadang berisikan cerita-cerita dewasa,
maka perlu dibuat juga pertunjukan wayang khusus untuk anak-anak. Misalnya
dibuat pada waktu siang hari dengan durasi hanya 2 jam, menggunakan Bahasa
Indonesia, dan berisikan cerita khusus anak-anak.
Khusus untuk
anak-anak jaman sekarang yang agak kebarat-baratan, kesenian wayang perlu punya
nilai nyentrik, sehingga mungkin para dalang perlu bereksperimen dengan
memasukkan unsur pop ke dalamnya. Sebenarnya ini bukan hal baru, karena sejak
tahun 1925 sudah ada wayang kancil, dan sejak
tahun 2010 ada wayang hiphop.
g.
“Memformalkan” Wayang
Seni wayang
mengandung nilai-nilai luhur dan falsafah hidup yang baik untuk membantu
pembentukan karakter anak-anak, oleh karena itu seni wayang sangat cocok untuk
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Upaya ini telah dilakukan oleh PEPADI, namun
sayangnya gayung belum bersambut.
Kita juga
bisa mengusulkan adanya Hari Wayang Nasional. Sama seperti hari-hari perayaan
lainnya, biasanya masyarakat akan melakukan hal-hal spesial pada hari-hari tersebut.
Jika ada Hari Wayang Nasional, stasiun
televisi swasta akan tergerak untuk menampilkan pertunjukan wayang, dan
masyarakat awam akan tergerak untuk berkontribusi memajukan dunia perwayangan
nasional, misalnya para blogger menulis artikel tentang wayang.
h.
Mengadakan Kelas atau Kursus Dalang
Bocah
Sayang
sekali rasanya jika apresiasi dan minat anak-anak terhadap wayang berhasil
ditingkatkan tapi tidak tersedia cukup banyak fasilitas yang memungkinkan
anak-anak berkecimpung lebih jauh dalam dunia wayang, misalnya tidak ada tempat
kursus dalang dan sinden bocah. Untuk menjadi seorang dalang dan sinden
profesional tentulah tidak cukup dengan mengikuti kursus selama beberapa bulan.
Tapi sebagai langkah awal untuk memfasilitasi kecintaan anak-anak terhadap
wayang, sepertinya wadah-wadah semacam ini perlu ada dan dikelola dengan baik.
i.
Mengadakan dan Mendukung Acara-acara
Spesial Pewayangan secara Berkala
Salah
satunya adalah Festival Dalang
Bocah Nasional yang diselenggarakan setiap tahun di
berbagai kota pada sejak 2008. Kegiatan ini diprakarsai oleh PEPADI dan
didukung oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga RI dan berbagai
sponsor. Festival serupa tingkat daerah juga dilaksanakan oleh PEPADI
provinsi dan kabupaten/kota setiap tahunnya. Festival Dalang Bocah diadakan
untuk mendorong kecintaan anak-anak terhadap profesi dalang. PEPADI berada
posisi mengawal tradisi seni wayang agar tetap lestari dan menjaga agar mata
rantai generasi pedalangan tidak putus begitu saja.
Itulah
beberapa hal yang bisa kita lakukan
mulai dari sekarang untuk menumbuhkan kembali minat anak-anak terhadap dunia
wayang. Kelestarian seni dan budaya wayang adalah tanggung jawab kita bersama
sebagai bangsa pemilik sah kebudayaan ini. Dibutuhkan tekad dan komitmen yang
kuat dari berbagai pihak untuk mengembalikan kejayaan wayang sebagai primadona
budaya nasional, terutama di mata anak-anak Indonesia yang hidup di generasi instan
seperti sekarang. Mengandalkan pemerintah saja tentu bukan hal yang bijak,
karena sejatinya peran keluarga dan masyarakat bisa memberikan hasil yang lebih
optimal. Menggubah sedikit kesenian ini agar sesuai dengan perkembangan jaman
bukanlah sesuatu yang salah. Yang terpenting kita bisa menggiring generasi
penerus kita untuk mencintai wayang. Biarkanlah mereka mencintai wayang melalui
jalur yang mereka pilih sendiri. Karena
yang terpenting dari seni wayang bukanlah kemasannya, tetapi nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.
Semoga seni
dan budaya wayang bisa kembali menjadi primadona di tanah kelahirannya sendiri.
Tidak lagi dianggap ribet, tetapi agung. tidak lagi dianggap aneh,
tetapi unik, dan tidak lagi dianggap kuno, tetapi antik. Karena bangsa yang
besar adalah bangsa yang bisa menghargai budayanya.
4. Jenis – Jenis Wayang di Indonesia
Di Indonesia
memiliki aneka ragam jenis wayang. Beberapa diantaranya adalah :
a.
Wayang Kulit
Purwa
Wayang kulit purwa adalah salah satu wayang
yang terbuat dari kulit sapi atau lembu (makanya di sebut wayang kulit )
,mengisahkan cerita cerita purwa Ramayana dan Mahabharata .diciptakan pertama
kali wayang kulit oleh Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah Agama Islam.
b.
Wayang Orang
Wayang orang
sama definisinya dengan wayang kulit tetapi bedanya sesuai dengan namanya,
wayang ini diperankan oleh orang atau wong.
c.
Wayang Golek
Wayang golek terbuat dari kayu. Biasanya kayu
yang dipakai adalah kayu mahoni .wayang golek banyak di gunakan dalam beberapa
cerita .diantaranya wayang golek purwa yang menceritakan tentang epos Ramayana
dan Mahabharata ,wayang golek lenong betawi yang menceritakan tentang betawi
,misalnya si manis jembatan ancol atau si jampang jago betawi .
d.
Wayang Suluh
Wayang suluh adalah wayang yang menceritakan
tentang penyuluhan kepada rakyat atau berisi sindiran kepada pejabat atau
pemerintah.
e.
Wayang Beber
Wayang beber pada zaman sekarang telah punah di
telan zaman. Wayang ini terbuat dari kain gulungan ,lalu dalang membuka
gulungan ,menancapkannya dan menceritakan adegan di gulungan tersebut
f.
Wayang Kulit
Wahyu
Wayang wahyu menceritakan tentang alkitab atau
bibel .wayang ini di ciptakan pertama kali oleh Pdt.Bruder Tometheos ,terbuat
dari kulit sapi atau lembu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar